Rahadi Widodo*, Susanthy
Djajalaksana**
Sebelumnya
: ... Airway Remodeling pada Asma
Airway remodeling berkaitan dengan
perubahan struktural saluran nafas pada penderita asma, yang tidak terjadi pada
orang sehat. Perubahan struktural tersebut meliputi hilangnya integritas
epitel, penebalan membran basal, fibrosis subepitelial, pembesaran kelenjar
submukosa dan sel goblet, peningkatan massa otot polos, berkurangnya integritas
tulang rawan, serta peningkatan vaskularisasi saluran nafas. 1
Gambar 3 : Airway remodeling pada asma kronik meliputi hiperplasia sel goblet,
penebalan membran basal
yang berkaitan dengan fibrosis subepitelial, hipertrofi/hiper-plasia otot-polos saluran nafas dan angiogenesis. Dikutip dari (9).
Perubahan pada Epitel
Epitel saluran nafas memainkan peran penting, tidak
hanya sebagai pertahanan terhadap lingkungan luar, tetapi
juga sebagai regulator dari
fungsi metabolik dan imunologi di dalam saluran nafas. Ada
peneliti melaporkan bahwa sel-sel epitel tersebut meningkat jumlahnya dalam
dahak penderita asma, dan terlepasnya epitel dari membran
basal seringkali didapati pada berbagai model eksperimental penyakit asma.9 Kerusakan dan pengelupasan epitel permukaan
saluran nafas
sering didapatkan pada pemeriksaan histologis
penderita
asma. Terdapat sekelompok rontokan sel
epitel (dikenal sebagai creola bodies) dalam sputum penderita asma, serta peningkatan jumlah sel epitel dalam cairan bronchoalveolar lavage (BAL),
dan hilangnya permukaan epitel pada spesimen biopsi saluran nafas. 5
Gambar 4 : Airway remodeling pada penderita asma yang
meninggal. Perhatikan peningkatan pada fibrosis sub-epitelial, otot-polos yang prominen, metaplasia
mukosa
epitel,
serta mukus dan debris di lumen saluran nafas. Dikutip dari : (11).
Penebalan Membran Basal dan Fibrosis
Subepitelial
Penebalan
epitel membran basal merupakan ciri khas remodeling
pada asma yang sudah lama, tapi juga bisa ditemukan pada asma yang masih dini.12 Secara histologis,
penebalan membran basal retikuler dari epitel saluran nafas merupakan ciri khas
asma, yang tidak didapatkan pada PPOK, termasuk bronkitis kronis.9
Penebalan membran basal yang terlihat dengan mikroskop tersebut berhubungan
dengan deposisi matriks ekstraseluler pada ruang subepitel yang bisa diamati
dengan mikroskop elektron, dan disebut sebagai fibrosis subepitelial.10
Peningkatan Massa Otot-Polos Saluran
Nafas
Otot polos
saluran nafas merupakan sel efektor penting yang mengatur fungsi saluran nafas.
Pada saluran nafas penderita asma, massa otot-polos meningkat sebagai akibat
dari peningkatan ukuran (hipertrofi) maupun jumlah (hiperplasia) sel-sel
otot-polos. Perlu diperhatikan bahwa sel-sel otot-polos penderita asma tidak
hanya berperan dalam proliferasi dan sekresi, tapi juga bisa bermigrasi ke area
subepitelial. Sel-sel otot-polos berperan aktif pada proses inflamasi dan remodeling melalui pelepasan sitokin,
kemokin, dan protein-protein matriks ekstraseluler, yang oleh karenanya
berperan dalam patogenesis asma. Migrasi dari sel-sel otot-polos ini merupakan
gambaran airway remodeling.1
Hiperplasia Kelenjar Submukosa dan Sel Goblet
Hiperplasia sel goblet dan kelenjar
submukosa nampak pada saluran nafas penderita asma, dewasa maupun anak-anak; terutama
nampak jelas pada asma yang fatal. Konsekuensi fungsionalnya terutama mengarah
pada peningkatan produksi sputum, penyempitan saluran nafas oleh sekresi
sputum, dan peningkatan ketebalan dinding saluran nafas.1 Produksi mukus merupakan ciri penting asma serta
berperan besar terhadap morbiditas dan mortalitas, terutama pada penyakit yang
berat. Sel-sel goblet dan kelenjar submukosa mensekresi mukus, dan proporsi sel
goblet yang tinggi serta pembesaran kelenjar submukosa berhubungan dengan
hipersekresi mukus, yang bisa menyebabkan penyempitan lumen saluran nafas,
sehingga memperberat obstruksi. 9
Unsur pembentuk mukus saluran nafas
terutama adalah mucins, yang berperan signifikan pada sifat adesif dan
viskoelastisnya. Unsur pembentuk lainnya meliputi protein-protein derivat
plasma, terutama albumin, serta produk-produk dari sel mati seperti DNA dan actin. Mucins adalah komponen penting pertahanan tubuh, tapi juga
merupakan penyebab utama dari obstruksi saluran nafas bila disekresi
berlebihan. Misalnya pada fatal asma, hampir selalu berkaitan dengan oklusi
saluran nafas akibat mucus plugs. Riwayat
produksi sputum berhubungan dengan peningkatan kecepatan penurunan VEP1,
menunjukkan bahwa hipersekresi mukus merupakan pertanda beratnya asma.10
Hilangnya Integritas Tulang Rawan
Tulang rawan
adalah determinan penting pada kekakuan dan integritas saluran nafas. Penurunan
volume tulang rawan dan peningkatan degradasi proteoglycan nampak pada saluran nafas penderita asma. Penurunan
integritas tulang rawan bisa memperberat bronkokonstriksi akibat pengurangan
beban bundel otot-polos saluran nafas. Degradasi tulang rawan bisa menyebabkan obstruksi
kronik serta memungkinkan terjadinya bronkokonstriksi yang lebih hebat untuk
setiap derajat kontraksi otot-polos yang terjadi. 1
Angiogenesis
Ekspansi dari kompartemen vaskular
dinding saluran nafas pada asma bisa timbul dari pembesaran struktur-struktur
vaskuler yang sudah ada tanpa pembentukan pembuluh darah baru, dan bisa juga
dari angiogenesis, yaitu pembentukan pembuluh darah baru dari yang sudah ada.
Kedua proses tersebut bisa terjadi secara simultan dan merupakan hasil dari
migrasi dan proliferasi sel endotel, pengerahan perivascular supporting cell (pericytes),
dan proses maturasi. Angiogenesis adalah suatu proses yang diregulasi ketat,
diperantarai oleh keseimbangan antara faktor proangiogenik dan antiangiogenik. 12
Faktor pro-angiogenik meliputi endothelial cell-restricted tyrosine kinase
receptor ligands, termasuk vascular
endothelial growth factor (VEGF), dan angiopoietins
yang bekerja bersama dengan growth
factors seperti fibroblast growth
factor (FGF)-2, angiogenin, sitokin dan kemokin seperti Interleukin-6 dan Interleukin-8
(IL-6 dan IL-8). Jaringan yang sakit atau mengalami injuri akan memproduksi dan
melepaskan faktor-faktor tersebut ke jaringan yang berdekatan, untuk
mengikatnya ke reseptor-reseptor permukaan yang asalnya sama pada sel-sel
endotelial dari pembuluh darah yang telah ada sebelumnya. Angiogenesis dihambat
oleh banyak faktor antiangiogenik, meliputi arresten, canstatin, tumstatin,
restin, dan endostatin, meskipun baru sedikit yang diketahui mengenai peran
masing-masing dalam neovaskularisasi pada asma. Jadi, perubahan ke arah angiogenik
pada pembuluh darah bronkus sepertinya melibatkan perubahan pada keseimbangan lokal
antara regulator-regulator positif dan negatif tersebut.12
Selanjutnya : ... Relevasi Klinis Airway Remodeling pada
Asma
* Mahasiswa PPDS I Ilmu Penyakit Paru dan Kedokteran Respirasi FK
Universitas Brawijaya
** Staf Pengajar Lab Ilmu Penyakit
Paru dan Kedokteran Respirasi FK Universitas Brawijaya
DAFTAR PUSTAKA
9. Tagaya E, Tamaoki J. Mechanisms
of airway remodeling in asthma. Allergology International 2007; 56:
331-340.
10.Fahy JV. Goblet Cell
and Mucin Gene Abnormalities in asthma. CHEST 2002; 122:320S–326S.
11.Homer RJ, Elias JA. Airway
remodeling in asthma: Therapeutic
implications of mecha-nisms. PHYSIOLOGY 2005; 20: 28-35.
12. Bischof, RJ. Bourke JE, Hirst SJ, Meeusen ENT, Snibson
KJ, Velden JVD. Measurement and impact of
remodeling in the lung: Airway neovascularization in asthma. Proc Am
Thorac Soc 2009; 6: 673-677.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar